17.6.06

Software buat ngingetin sholat

Ass.wr wb
da software bagus buat kamu2 yang belum punya, nyaeta software reminder sSolat, namanya Shollu V.3, kalo mu download, klik aja link dibawah ini.MEt Nyoba ya..Mudah2an urang tambah saroleh lain jadi jelema au saralah. Amin
Wass wr wb
Buruannn

http://www.dudung.net/index.php?naon=download

10.6.06

Bag Terakhir

2. Bahaya Subjektif a. Kondisi Kebugaran (fitness) Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu. b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills) Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya. c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills) Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana "sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita". Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya. d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills) Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya. 3. Nasib Buruk dan Baik Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita. ditulis oleh: Capt.Montana pada milis Pendaki.
Dikutip dari Sabhawana.com
2. Bahaya Subjektif a. Kondisi Kebugaran (fitness) Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu. b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills) Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya. c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills) Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana "sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita". Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya. d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills) Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya. 3. Nasib Buruk dan Baik Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita. ditulis oleh: Capt. Montana pada milis Pendaki.
Dikutip dari Sabhawana.com
Kelompok-kelompok Bahaya di Hutan dan Gunung. 1. Bahaya Objectif a) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain); Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya. b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form); • Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah : - Dapat menimbulkan penyakit. - Dapat menularkan penyakit. - Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit. - Beracun bila dimakan. - Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang. - Binatang besar pemangsa. - Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman. • Tumbuh-tumbuhan Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : '- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan. - Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi. - Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita. - Mengandung racun bila dimakan. Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll. c) Iklim dan Cuaca Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah : • Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke. • Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia. • Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar. • Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extremed) Ketinggian Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut "Death Zone" dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it...?) e) Besaran Jarak dan Waktu Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya. f) Kondisi Akibat/Pengaruh Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya : - Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air. - Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik. - Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya. - Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya. - Dan contoh lainnya. g) Kondisi Sosial Budaya "Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya", demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.
Bag 2

BAHAYA DI HUTAN DAN GUNUNG

Seorang awam (tidak memiliki cukup penagalaman di hutan dan gunung) mungkin segera akan menilai bahwa bahaya dihutan adalah sbb : `Hutan dan gunung adalah wilayah berkeliarannya binatang-binatang buas pemangsa yang setiap detik siap memangsa manusia yang memasuki wilayahnya. Tumbuh-tumbuhan yang lebat saling berbelit dan rimbunnya dedaunan akan menghambat sinar matahari dan menimbulkan kegelapan yang segera akan menyesatkan arah perjalanan kita. Legenda tentang batang kayu besar yang tumbang serta dipenuhi lumut dan ketika seseorang menancapkan lumut atasnya segera menyemburlah darah. Dan batang kayu itu menggeliat; ternyata batang kayu itu adalah tubuh seekor ular yang sangat besar yang segera akan marah dan menelan manusia yang menyakitinya. Bayang-bayangan sejenis itu adalah wajar dimiliki oleh seorang awam. Sebagian ada benarnya tapi sebagian lagi adalah hal-hal yang sangat dilebih-lebihkan'Tetapi bagi orang yang telah berpuluh-puluh kali mengalami perjalanan di hutan dan gunung ternyata sebahagian besar belum pernah bertemu dengan binatang buas seperti yang ditakautkan (walau mengkin sesungguhnya salah seorang dari mereka pernah bertemu, tetapi binatangnya buas itu segera menghindar karena mendengar suara manusia sehingga tak terlihat). Penagalaman2 yang lebih pasti dialaminya adalah mereka pasti selalu bertemu debgan nyamuk-nyamuk yang berusaha menghisap darahnya. Seandainya salah seekor nyamuk yang menggigitnya berpotensi menularkan malaria, demam berdarah ataupun penyakit kaki gajah, tentu saja hal ini sudah merupakan potensi bahaya yang dapat berakibat sama fatalnya dengan serangan binatang buas. Hujan, angin, dan udara dingin adalah contoh lain dari hambatan-hambatan yang paling sering ditemui, dimana bila menjadi extreme dapat menjadi bahaya atau potensi bahaya yang tidak kalah fatalnya. Banyak lagi hal-hal lain yang karena mungkin belum pernah dialami atau terlihat dapat menjadi potensi bahaya, menjadi terabaikan. Atau mungkin juga sesuatau hal yang dilingkungan kehidupan normal dapat dianggap hal yang biasa terjadi dikarenakan fasilitas-fasilitas pendukung yang memadai, tidak disadri dapat merupakan bahaya atau berpotensi menjadi bahaya fatal dalam perjalanan di hutan dan gunung : misalnya luka-luka kecil yang bisa terkena infeksi bila tidak terawat dengan baik.Tentu saja membahas bentuk-bentuk bahaya yang mungkin dihadapi di hutan fdan gunung dengan cara diatas akan menjadi bertele-tele, berbelit dan sangat tidak sistematis. Untuk itu marilah kita mencoba membahas secara lebih sistematis bahaya-bahaya yang mungjkin kita hadapi di hutan dan gunung.Pengelompokan Bahaya di Hutan dan GunungBila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai berikut :1. Bahaya Obyektif : Segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan oleh objek hutan dan gunung itu sendiri dan segala sesuatu yang berada dilingkungannya2. Bahaya Subyektif : Segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat ia berkegiatan di hutan dan gunung.3. Nasib Buruk dan Nasib Baik : segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya. Nasib Baik bila tidak secara bijak diterima sebagai sebentuk pengalaman tentang keberuntungan, dapat menjadi sebentuk sikap berfikir yang dapat menjadi potensi dan atau bahaya disaat mendatang.
Bag 1

Nyieun Bivoac (Shelter)

Rumah Sementara di Padang Belantara
Bivak tempat berteduh dan bermalam di belantara. Sepintas lalu memang terkesan seadanya. Membuat tempat perlindungan jadi penting ketika terjadi hal-hal darurat. Padahal, bivak tak hanya dibuat ketika darurat saja, tetapi juga dipakai pada saat membuat camp sementara. Faktor kenyamanan juga turut berbicara di sini. Pastinya, membuat bivak tidak ada bedanya dengan kita membuat rumah dalam kehidupan sehari-hari. Dan jangan lupa, sering-sering berguru pada masyarakat lokal dan suku-suku di pedalaman. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membuat bivak, yaitu jangan sekali-kali membuat bivak pada daerah yang berpotensi banjir pada waktu hujan. Di atas bivak hendaknya tak ada pohon atau cabang yang mati atau busuk. Ini bisa berbahaya kalau runtuh. Juga jangan di bawah pohon kelapa karena jatuhnya kelapa bisa saja terjadi tiba-tiba. Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan. Menurut N.S. Adiyuwono, seorang penggiat alam terbuka, bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam-macam. Ada yang dibuat dari ponco (jas hujan plastik), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun-daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan angin, hujan atau panas. Selain bahan yang bermacam-macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya. Sebagai contoh, o­ne man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang panjangnya kira-kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok. Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita. Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, Adiyuwono mewanti-wanti agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya. Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat-tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan-bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk. (SH/bayu dwi mardana)
sumber: Sinar Harapan

HirupTongJadiBangke Euy!!!

Bismillahirrohmanirrohim
HIRUP TEH TONG JADI BANGKE EUY !!!
KARUNYA KOLOT NU GEUS NGURUS URANG TI LEULEUTIK, NGALAHIRKEUN, NYAKOLAKEUN, MERE BIAYA, JRRD.
HARU URANG BABARENGAN NINGKATKEUN KAMAMPUAN URANG, URANG NEPIKA URANG HIRUP JEUNG BATUR TEH TEU BEDA JEUNG SAMPAH !!! AYA, TAPI NGAJEDOG. EUWEUH NU BISA DIARAH.
INSYA ALLOH, BLOG URANG REK DIEUSIAN KU HAL-HAL ANU MANGPAAT. MUDAH-MUDAHAN JADI AMAL KEUR URANG NU IBADAHNA GE SAEUTIK PISAN. ASTAGHFIRULLOH...HAPUNTEN ABDI GUSTI.
POKONYA.....AYO BANGKIT!!! SEMANGAT !!!
KRITIK,SARAN LANGSUG POSTING WE DI DIEU
SALAM KENAL
AHMAD